Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Probolinggo, Oemar Sjarif, menyatakan bahwa saat ini terdapat 30 kepala keluarga yang masih terisolasi akibat banjir bandang yang merusak jembatan penghubung di wilayah tersebut. Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan sungai meluap dan merendam permukiman warga, yang disertai dengan material lumpur.
Banjir yang terjadi pada Kamis malam telah menghancurkan rumah-rumah dan beberapa fasilitas umum, termasuk jembatan, yang menyebabkan terputusnya akses antara desa-desa. Meskipun upaya untuk memperbaiki situasi tengah dilakukan, kesulitan masih dirasakan oleh masyarakat di daerah terdampak.
Pada Jumat, Oemar menyatakan bahwa pihaknya telah membangun jembatan darurat untuk membantu warga yang terisolasi. Meskipun demikian, masih ada sejumlah kepala keluarga yang belum dapat dijangkau karena kondisi jembatan yang parah akibat banjir.
Pengaruh Banjir Terhadap Akses Warga di Beberapa Desa
Banjir bandang yang menerjang di Kabupaten Probolinggo telah mempengaruhi akses warga di beberapa desa seperti Andungbiru, Tlogoargo, dan Tiris. Awalnya, sekitar 500 kepala keluarga terisolasi karena enam jembatan yang rusak parah akibat bencana tersebut.
Namun, berkat kerja sama dan gotong royong banyak pihak, beberapa jembatan darurat telah dibangun yang berhasil membuka akses bagi sebagian warga. Oemar mengungkapkan rasa syukurnya atas cuaca cerah yang membantu proses pembangunan jembatan darurat tersebut.
Proses pembangunan jembatan darurat diharapkan dapat segera selesai, sehingga semua akses di desa yang terdampak dapat kembali dibuka. Seluruh elemen masyarakat diharapkan berperan aktif dalam pemulihan pasca-banjir ini agar semua warga bisa kembali beraktivitas dengan normal.
Kerusakan Infrastruktur dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Banjir bandang tidak hanya menghancurkan jembatan, tetapi juga merusak sebagian besar rumah warga terutama di Desa Andungbiru dan Tiris. Dari catatan BPBD Probolinggo, terdapat empat rumah di Andungbiru dan 13 rumah di Tiris yang mengalami kerusakan signifikan akibat banjir.
Saat ini, meskipun banjir mulai surut, beberapa rumah masih tertinggal lapisan lumpur yang perlu dibersihkan. Untungnya, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat bencana ini, yang menjadi kabar baik di tengah kesulitan yang dihadapi masyarakat.
Pihak BPBD juga mencatat adanya tanah longsor sebagai dampak hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut, yang mengakibatkan dua rumah di Desa Andungbiru terancam. Ini menunjukkan bahwa masyarakat harus lebih siap menghadapi bencana yang mungkin datang di tengah cuaca ekstrem seperti sekarang.
Langkah-Langkah Lanjutan untuk Pemulihan Wilayah Terdampak
Pemulihan wilayah terdampak tentu menjadi fokus utama setelah kondisi aman tercipta. Pihak BPBD berencana untuk melanjutkan pembersihan material lumpur dari rumah-rumah dan melakukan perbaikan infrastruktur lainnya. Jembatan yang terbangun juga akan terus dimonitor untuk memastikan kelayakannya bagi warga.
Oemar mengingatkan pentingnya kesadaran dan kesiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. Dalam hal ini, informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perlu diperhatikan untuk mengatasi ancaman bencana hidrometeorologi di masa depan.
Masyarakat diharapkan tetap bersabar dan saling membantu satu sama lain dalam proses pemulihan pasca-banjir ini. Hal ini penting agar semua dapat kembali beraktivitas dengan normal dan mengurangi dampak psikologis yang ditinggalkan oleh bencana.




