Sebanyak 499 warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru pada Jumat (21/11). Situasi ini telah memicu perhatian dan tindakan dari berbagai pihak, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim, Satriyo Nurseno, mengungkapkan bahwa banyak pengungsi yang kini berpindah tempat tinggal sementara ke lokasi-lokasi yang lebih aman di Kecamatan Pronojiwo. Situasi ini menggambarkan dampak serius dari aktivitas vulkanik yang terjadi secara tiba-tiba.
Total angka pengungsi yang tercatat adalah sekitar 499 jiwa dan angka ini masih bersifat sementara, mengingat banyak warga yang mungkin masih di lokasi-lokasi tersembunyi. Dengan adanya laporan tersebut, pihak berwenang terus memantau perkembangan dan menyiapkan langkah-langkah selanjutnya.
Pindahnya Warga ke Titik Pengungsian yang Lebih Aman
Di Kecamatan Pronojiwo, sebagian besar warga yang sebelumnya mengungsi di Balai Desa Oro-Oro Ombo telah dipindahkan ke SMPN 2 Pronojiwo. Lokasi ini telah menjadi titik pengungsian terbesar dengan sekitar 239 jiwa yang tersisa di sana.
Dari jumlah pengungsi di SMPN 2 Pronojiwo, terdiri dari berbagai kelompok usia. Di antara 239 jiwa itu, terdapat 180 dewasa, 12 anak-anak, serta 30 balita dan satu penyandang disabilitas yang membutuhkan perhatian khusus.
Pengaturan seperti ini menjadi esensial untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Pihak berwenang juga berupaya memberikan bantuan yang diperlukan agar keselamatan dan kesehatan para pengungsi terjaga dengan baik.
Kondisi Pusat Pengungsian dan Kebutuhan Dasar Pengungsi
Di SDN 04 Supiturang, terdapat sekitar 91 jiwa yang masih bertahan sebagai pengungsi. Mereka termasuk beberapa kategori usia, seperti 64 dewasa dan 7 anak-anak di antara mereka.
Sementara itu, Masjid Supiturang juga menampung 169 jiwa yang sebagian besar adalah orang dewasa dan anak-anak. Berbagai lokasi lainnya di area Pronojiwo kini mulai sepi, menunjukkan bahwa banyak warga telah kembali atau dipindahkan ke titik yang lebih aman.
Di Kecamatan Candipuro sendiri, sebagian besar titik pengungsian juga tidak lagi digunakan setelah warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Ini adalah pertanda baik, meskipun situasi perlu terus dipantau untuk memastikan tidak ada dampak lanjutan dari erupsi tersebut.
Korban Luka dan Kerusakan Akibat Erupsi
Sayangnya, di tengah situasi tanggap darurat ini, terdapat beberapa korban yang mengalami luka. Seorang pasangan suami istri dan seorang individu mengalami luka bakar akibat terpapar material vulkanik saat berusaha melintas di area yang terpapar.
Pasangan Haryono dan Normawati, yang berasal dari Desa Maron, saat ini sedang dirawat di RSUD Haryoto, Lumajang. Kejadian semacam ini menggambarkan risiko nyata yang dihadapi oleh warga saat bencana alam terjadi.
Selain itu, kerusakan infrastruktur juga terjadi dengan 21 rumah di Desa Supiturang dilaporkan rusak berat. Kerusakan ini tidak hanya berdampak pada tempat tinggal, tetapi juga pada fasilitas umum seperti SDN Supiturang 2 dan sebuah musala yang rusak parah akibat paparan material vulkanik.




