Gedung baru Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, resmi dimulai pembangunannya dengan ditandai prosesi ground breaking yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar. Pembangunan gedung ini diharapkan bisa menjadi fasilitas pendidikan yang lebih baik bagi para santri di masa mendatang.
Dengan luas lahan 4.100 meter persegi, proyek ini akan mencakup beberapa bangunan yang penting untuk kegiatan belajar mengajar dan tempat tinggal para santri. Lokasi gedung baru terletak di Jalan Siwalan Panji II, dekat dengan kompleks pesantren yang sudah ada.
Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa Cak Imin, menyampaikan rasa syukurnya bahwa proyek ini dapat dipercepat dengan kerjasama lintas kementerian. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung pendidikan pesantren.
Pembangunan Pesantren untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Rencana pembangunan gedung baru mengedepankan visi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi santri. Gedung ini direncanakan akan terdiri dari lima lantai yang mencakup asrama dan ruang belajar, serta masjid berlantai empat.
Dari segi pendanaan, proyek ini sepenuhnya didukung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total anggaran sebesar Rp125,3 miliar. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren.
Durasi pembangunan ditargetkan selesai pada bulan Juni 2026. Pengerjaan proyek ini akan melibatkan tenaga kerja dari pihak kontraktor yang ditunjuk oleh Kementerian Pekerjaan Umum, yang sudah memenuhi seluruh dokumen persyaratan yang diperlukan.
Refleksi dan Evaluasi Sistem Pendidikan Pesantren
Cak Imin menegaskan bahwa peristiwa ground breaking ini bukan hanya sekadar seremoni biasa, tetapi menjadi momentum untuk evaluasi pendidikan pesantren secara menyeluruh. Dalam hal ini, pengasuh lembaga pendidikan diharapkan dapat berperan aktif dalam merumuskan sistem pendidikan yang lebih baik.
Melihat tragedi ambruknya gedung pesantren yang menewaskan 63 santri di bulan September 2025, Cak Imin mengajak semua pihak untuk melakukan introspeksi. Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya keamanan dan keselamatan di lingkungan pendidikan.
Ia juga memperoleh dukungan dari Presiden yang merasa prihatin akan kejadian tersebut. Komitmen dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan pesantren terlihat nyata dalam langkah-langkah yang diambil saat ini.
Pendidikan dan Pemberdayaan Santri dengan Kurikulum yang Komprehensif
Dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang lebih berdaya, Cak Imin mengingatkan untuk menambahkan komponen pengembangan keterampilan dalam kurikulum pesantren. Tujuannya adalah agar santri tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Pendidikan keterampilan harus menjadi bagian integral dari kurikulum, sehingga santri dapat menjadi tenaga kerja yang siap dan mandiri. Dengan demikian, pesantren harus mempersiapkan santri agar dapat menjadi pengusaha atau tenaga terampil di masa depan.
Melalui pendekatan ini, pesantren diharapkan tidak hanya menghasilkan sarjana agama, tetapi juga individu yang memiliki daya saing tinggi. Pemberdayaan santri menjadi salah satu langkah utama dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Pengasuh Pesantren Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib, juga menyampaikan rasa syukurnya atas perhatian yang diberikan pemerintah. Ia berharap upaya konstruksi ini bisa memberikan manfaat besar bagi masyarakat sekitar dan untuk seluruh santri di pesantren ini.
Kepedulian pemerintah dalam menghadapi situasi darurat di berbagai daerah memang sangat dibutuhkan, terutama ketika banyak bencana alam yang terjadi. Dalam konteks tersebut, beliau menegaskan pentingnya untuk tetap bersyukur atas bantuan dan dukungan dari pemerintah.
Dengan semangat yang sama, KH Abdus Salam berharap agar semua pihak bisa bersatu dalam mengatasi tantangan yang ada, termasuk bencana yang terbaru yang mempengaruhi banyak daerah, terutama di Sumatera.




