Badan Gizi Nasional (BGN) baru-baru ini menekankan pentingnya diversifikasi menu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah ini dianggap strategis untuk menjaga stabilitas pasokan bahan pangan dan mengurangi potensi inflasi di sejumlah daerah.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyampaikan penegasan ini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang diadakan di Jakarta. Kenaikan harga sejumlah komoditas membuat perhatian terhadap keberagaman bahan makanan menjadi semakin mendesak.
Nanik menjelaskan bahwa pasokan bahan baku untuk program MBG kini mengalami tekanan yang signifikan. Khususnya, kelompok sayuran dan protein hewani yang paling banyak digunakan telah menunjukkan kenaikan harga yang cukup drastis.
Pentingnya Diversifikasi Menu untuk Mengatasi Kenaikan Harga
Kenaikan harga bahan baku, seperti wortel yang kini dijual di kisaran Rp23-25 ribu per kilogram, merupakan salah satu masalah utama. Harga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, yang hanya berkisar Rp12-14 ribu.
Selain wortel, harga telur dan ayam potong juga mengalami lonjakan. Menurut Nanik, salah satu faktor penyebab kenaikan ini adalah kebiasaan tenaga gizi yang masih menggunakan bahan baku yang sama setiap hari.
Nanik menyebutkan bahwa pola penggunaan yang terbatas membuat permintaan terhadap komoditas tertentu meningkat tajam. Akibatnya, harga bahan pangan menjadi tidak stabil dan berpotensi memicu inflasi lebih lanjut.
Alasan di Balik Pola Penggunaan Bahan Baku yang Terbatas
Salah satu tantangan utama dalam penyusunan menu harian adalah keterbatasan substitusi bahan baku yang dilakukan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tenaga gizi lebih cenderung menggunakan bahan yang sudah dikenal aman dan terbukti baik.
Pola ini dapat membatasi pilihan yang tersedia dan menyebabkan beberapa komoditas menjadi langka di pasaran. Nanik menambahkan bahwa jika ini terus berlanjut, dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak yang bergantung pada rantai pasokan ini.
Oleh karena itu, BGN mendorong diversifikasi menu sebagai solusi untuk menyebar permintaan dan menekan harga pangan. Dengan demikian, diharapkan pasokan pangan menjadi lebih stabil dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan lebih efisien.
Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Stabilisasi Pasokan Pangan
Nanik menjelaskan bahwa langkah konkret yang harus diambil adalah memperluas pilihan bahan baku dalam penyusunan menu harian. Diversifikasi tidak hanya bermanfaat bagi penerima manfaat, tetapi juga untuk para petani dan pelaku UMKM lokal.
Misalnya, kentang sebagai komoditas yang produksinya melimpah tetapi kurang terserap di beberapa daerah, dapat menjadi alternatif pengganti karbohidrat. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan harga kentang dan memperbaiki serapan lokal.
Petani harus didorong untuk memproduksi bahan pangan yang lebih beragam guna menciptakan sistem pangan yang lebih resilient. Ketergantungan pada satu jenis komoditas saja dapat membuat situasi menjadi lebih rentan dan tidak stabil.
Menanggapi Gejolak Pasar dan Ketersediaan Bahan Pangan
Nanik juga mengindikasikan adanya gejolak pasokan di pasar, dengan mulai sulitnya menemukan buah di beberapa pasar induk. Hal ini semakin memperkuat urgensi untuk melakukan diversifikasi bahan pangan di SPPG.
Beberapa jenis sayuran, seperti buncis, kacang panjang, dan pakcoy, juga mengalami kenaikan harga. Penting bagi SPPG untuk mampu merespons dinamika pasar agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi tanpa menambah beban inflasi.
Kebijakan terkait penggunaan bahan baku oleh SPPG akan terus disesuaikan berdasarkan kondisi pasar yang dinamis. Dengan pendekatan ini, diharapkan terjadi pengaturan yang lebih baik terhadap permintaan dan penawaran bahan pangan.




