Dugaan keracunan massal yang melibatkan ratusan anak di Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, memicu perhatian serius dari berbagai pihak. Fenomena ini terjadi setelah mereka mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) yang telah didistribusikan di sejumlah lokasi.
Sampai malam Jumat (3/10), jumlah korban yang terdata mencapai 331 orang. Langkah cepat diambil oleh otoritas setempat untuk menangani kasus ini, termasuk pembukaan posko layanan medis untuk memberikan bantuan pada para korban.
Kapolres TTS, AKBP Hendra Dorizen, mengonfirmasi tindak lanjut tersebut. Dia menyatakan bahwa pertimbangan untuk membuka posko didasarkan pada tingginya jumlah pasien yang memerlukan perhatian medis segera.
Dorizen mengungkapkan, “Kami melakukan pembukaan posko karena sudah sangat banyak korban keracunan.” Hal ini menunjukkan komitmen pihak kepolisian dalam memberikan pelayanan kesehatan di tengah situasi darurat ini.
Sejak posko dibuka, sebanyak 15 korban masih menjalani perawatan di lokasi tersebut. Tenaga medis dari klinik Polres bekerja sama dengan tim Dinas Kesehatan setempat untuk memastikan semua penanganan berjalan efektif.
Respon Cepat dari Pihak Berwenang Terkait Kasus Keracunan
Respon cepat dari Polres TTS menunjukkan keseriusan dalam menangani situasi darurat ini. Pihak kepolisian dan Dinas Kesehatan berkoordinasi untuk merespons kebutuhan medis para korban.
Awalnya, mereka ditemukan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan yang seharusnya bergizi. Prioritas utama adalah memastikan semua korban mendapatkan perawatan yang memadai dan segera.
Dorizen menegaskan bahwa semua pasien yang dirawat kini dalam kondisi stabil. Pasokan obat-obatan dan peralatan medis tersedia untuk mendukung perawatan intensif yang diperlukan.
Data Perkembangan Korban Keracunan yang Sangat Mengkhawatirkan
Dari total 331 korban, sebanyak 273 orang sudah diizinkan pulang setelah menerima penanganan. Sementara, 58 orang masih memerlukan perawatan di berbagai posko kesehatan.
Rincian lokasi penanganan menunjukkan distribusi yang luas, dengan korban dirawat di empat posko KLB. Hal ini menandakan bahwa masalah ini telah meluas dan memerlukan perhatian lebih lanjut.
Secara rinci, korban yang masih dirawat terbagi di beberapa lokasi, antara lain Posko RSUD, Posko Polres, dan beberapa lokasi pendidikan. Memastikan mereka mendapatkan pengawasan medis adalah prioritas yang tidak bisa diabaikan.
Analisis Sumber Makanan dan Langkah Preventif yang Diperlukan
Kapolres juga membeberkan bahwa keracunan ini berasal dari jatah makanan bergizi gratis yang didistribusikan di 12 lokasi penerima manfaat. Ini menambah kompleksitas kasus dan mengharuskan penyelidikan lebih lanjut terhadap sumber makanan tersebut.
Terdapat empat Sekolah Dasar, dua Taman Kanak-kanak, serta beberapa Posyandu yang menerima jatah tersebut. Ketidakpastian mengenai kualitas makanan menuntut tindakan pencegahan yang lebih ketat di masa mendatang.
Ada keperluan untuk mengaudit proses distribusi dan pengolahan makanan yang diberikan kepada anak-anak. Pengawasan yang lebih ketat akan membantu mencegah terulangnya peristiwa serupa yang meresahkan masyarakat.




