Kejadian tragis ambruknya musala di kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terletak di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, telah menambah daftar panjang bencana yang merenggut nyawa. Hingga saat ini, hasil identifikasi sementara menunjukkan bahwa total korban jiwa mencapai 14 orang, yang merupakan sebuah angka yang sangat menyedihkan bagi masyarakat setempat.
Kejadian ini terjadi pada Senin sore saat ratusan santri tengah melaksanakan Salat Asar berjemaah. Ironisnya, bangunan tersebut masih dalam tahap pembangunan, yang membuat insiden ini semakin tragis.
Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia, Emi Freezer, memberikan laporan terbaru mengenai perkembangan pencarian korban. Penemuan korban terbaru terjadi pada malam hari, di mana satu jasad berhasil dievakuasi dari sektor A4, yang menambah jumlah total korban yang ditemukan.
Kronologi Kejadian Ambruknya Musala di Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Al Khoziny mengalami ambruknya bagian struktural yang memadai pada Senin (29/9) sore. Pada saat itu, sekitar ratusan santri sedang berkumpul untuk melaksanakan ibadah Salat Asar, sehingga pada saat kejadian, banyak yang terperangkap dalam reruntuhan.
Menurut informasi yang diperoleh, musala tersebut merupakan bagian dari gedung tiga lantai yang berfungsi sebagai asrama putra. Struktur bangunan yang sedang dalam proses pembangunan ini ternyata tidak dapat bertahan saat menerima beban yang berat.
Setelah insiden terjadi, tim evakuasi dari berbagai instansi langsung bergerak cepat untuk melakukan pencarian dan penyelamatan. Selama beberapa hari, operasi berlangsung dengan fokus utama mengeluarkan korban yang terperangkap di bawah puing-puing bangunan.
Proses Evakuasi dan Penemuan Korban
Proses evakuasi dilakukan dengan menggunakan alat berat untuk membersihkan reruntuhan. Tim fokus pada sisi utara gedung, di mana banyak puing yang terpisah dari struktur utama. Pada hari kelima pencarian, tim berhasil mengekstraksi sembilan korban, dengan rincian 103 orang dinyatakan selamat dan 14 orang meninggal dunia.
Penemuan terbaru di sektor A4 mengindikasikan adanya peluang bagi pihak berwenang untuk menemukan korban lainnya. Hingga Jumat malam, masih terdapat 49 orang yang belum ditemukan, membuat pencarian menjadi semakin penting dan mendesak.
Emi Freezer menggarisbawahi pentingnya keberlahan ruang dan struktur yang tersisa. Kehati-hatian sangat diperlukan dalam proses pembersihan agar tidak mengakibatkan cedera lebih lanjut kepada tim pencari atau mengabaikan potensi korban yang masih terjepit.
Analisis Penyebab Ambruk dan Tindakan Kedepan
Mengenai penyebab ambruknya musala, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan mendalam. Beberapa saksi mata melaporkan bahwa bangunan terlihat tidak kuat dan ada sejumlah tanda ketidakstabilan sebelum insiden terjadi.
Tindakan preventif sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. Pengawasan ketat terhadap proyek konstruksi menjadi hal yang mendesak agar keselamatan para santri dan tenaga kerja dapat terjamin.
Pemerintah daerah juga diharapkan segera mengambil langkah-langkah untuk melakukan rehabilitasi tempat ibadah dan akomodasi bagi para santri yang terdampak. Keselamatan jiwa adalah yang utama, dan harus menjadi prioritas utama pasca tragedi.
Dampak Sosial dan Psikologis bagi Masyarakat Setempat
Selain dampak fisik, tragedi ini juga meninggalkan bekas mendalam pada masyarakat. Kehilangan nyawa dalam insiden ini bukan hanya kehilangan bagi keluarga korban, tetapi juga bagi komunitas yang lebih besar. Situasi ini membawa rasa duka yang mendalam.
Santri lain yang selamat harus mendapatkan pendampingan psikologis agar mereka dapat pulih dari trauma. Rasa takut dan keraguan pasti akan muncul pada mereka yang berada di lokasi kejadian.
Dengan berjalannya waktu, penting bagi masyarakat untuk bersatu dan mendukung satu sama lain. Komunitas dapat memperkuat tali persaudaraan melalui kegiatan sosial yang menggugah semangat dan membantu para korban dan keluarga mereka dalam proses pemulihan.




