Reruntuhan gedung yang hancur dan sempitnya ruang di lokasi ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, menjadi tantangan berat bagi Tim SAR. Setiap momen berharga di bawah reruntuhan merupakan pertaruhan untuk menyelamatkan nyawa para santri yang terjebak di dalam.
Misi tim ini bukan sekadar pencarian; mereka berjuang melawan waktu dan ketakutan, dengan tujuan utama menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa. Dalam situasi berbahaya ini, tekad dan keberanian mereka diuji.
Cupes, seorang anggota tim yang berusia 34 tahun, menceritakan betapa sulitnya kondisi di lokasi. Gedung yang hancur membentuk model ‘pancake’, di mana struktur yang rapuh membuat setiap langkah penuh risiko.
Penyeleamatan menjadi semakin rumit ketika mereka merasakan ketidakstabilan bangunan tersebut, di mana getaran sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Langkah demi langkah, tim harus mencermati setiap detil untuk memastikan keselamatan.
Kesulitan dalam Menembus Reruntuhan yang Rapuh
Cupes menggambarkan kondisi di dalam gedung yang hampir mustahil dijangkau. Celah-celah kecil nyaris tidak bisa diakses tanpa tindakan membongkar. Mereka terpaksa menggunakan alat khusus untuk memotong beton dan logam demi mencapai titik-titik penting.
Namun, kerja keras mereka tak sia-sia. Pada hari pertama pencarian, dua korban selamat berhasil dievakuasi, meski di dekat mereka ada dua jiwa lain yang terjebak dan tidak berhasil diselamatkan. Pemandangan memilukan ini kerap menghantui pikiran Cupes.
Teknik evakuasi bukan hanya sekadar menemukan korban, namun juga menggali jalur aman untuk mencapai mereka. Proses ini harus dilakukan secara manual, mengingat pemasangan alat berat berisiko merobohkan sisa bangunan yang ada.
Ketelitian dan kehati-hatian menjadi kunci dalam misi ini, di mana mereka sering kali harus mengandalkan cara-cara sederhana untuk memberikan bantuan. Makanan dan minuman harus disampaikan melalui celah sempit menggunakan kayu panjang, mempertaruhkan keselamatan demi orang yang terperangkap di dalam.
Penyelamatan yang Berisiko Tinggi
Bagi tim SAR, bahaya adalah hal yang sudah biasa. Cupes menjelaskan bahwa mereka harus menakar risiko saat memasuki celah reruntuhan. Jika struktur tidak memungkinkan, mereka harus mundur dengan cepat untuk menjaga keselamatan diri.
Ketika situasi membolehkan, mereka masuk dengan harapan dan doa, didampingi oleh safety officer yang siap memberikan peringatan jika terjadi runtuhan. Pekerjaan ini menuntut keahlian serta keberanian luar biasa dari setiap anggota tim.
Istirahat sangat diperlukan untuk menjaga stamina mereka. Tim sering bergantian setiap dua atau tiga jam, istirahat dalam kondisi sederhana. Tidur di atas matras tipis di posko menjadi rutinitas sehari-hari.
Rian, seorang relawan muda, menunjukkan semangat tinggi meski harus berada dalam lorong sempit selama berjam-jam. Ia tidak hanya mencari, tetapi juga mendengarkan suara samar dari korban di balik reruntuhan.
Pengalaman Relawan dalam Menyelamatkan Korban
Rian menjelaskan bahwa sempitnya ruang membuat dua orang saja yang bisa bekerja sama sekaligus. Mereka menggunakan suara untuk mendeteksi posisi korban, mengingat di dalam kegelapan penuh ketidakpastian, setiap detil menjadi penting.
Penggunaan alat bantu seperti lifting bag menjadi krusial untuk menopang struktur di atas mereka agar tidak runtuh saat sejumlah anggota tim lainnya masuk. Rian tak kenal lelah meskipun fisiknya sangat tertekan.
Secara efektif, Rian mampu bertahan dengan sangat sedikit waktu istirahat. Setiap kali ia ditugaskan masuk, nyawa yang menunggu di dalam menjadi motivasi utama untuk terus bergerak maju.
Kondisi bangunan yang ambruk ini menuntut setiap anggota tim untuk memfokuskan perhatian penuh. Dengan tekad, mereka berharap dapat menemukan lebih banyak korban yang masih selamat, meskipun situasi semakin mendesak.
Pada akhirnya, informasi yang berharga menyebutkan bahwa pada malam hari ketiga pencarian, sebanyak 118 orang berhasil dievakuasi, terdiri dari 104 korban selamat dan 14 yang sudah meninggal dunia. Namun, 49 orang masih belum ditemukan, menambah ketegangan dan keprihatinan di hati tim yang berjuang.