Kepala Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi (KPPG) di Riau, Kepulauan Riau (Kepri), dan Sumatera Barat (Sumbar), Syariwidya, baru-baru ini mengungkapkan berbagai temuan mengejutkan terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Di beberapa wilayah, ditemukan adanya serangga seperti jangkrik dan ulat menempel pada makanan, bahkan makanan yang telah basi dan tidak layak konsumsi.
Insiden ini terungkap di SMA Negeri 14 Batam pada tanggal 18 September lalu, ketika jangkrik ditemukan dalam pembagian MBG. Pada hari berikutnya, ulat terdeteksi dalam buah pisang yang didistribusikan di Sekolah Dasar Huria Kristen Indonesia (HKI) di Bengkong, Kota Batam.
Syariwidya mengungkapkan bahwa temuan serangga ini adalah hasil dari kelalaian petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam menjaga kebersihan dan sanitasi di area dapur. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Menurut Syariwidya, penyebab utama munculnya jangkrik dan ulat adalah kurangnya penerapan standar sanitasi dan hygiena yang baik di dapur tempat makanan disiapkan. Dia menekankan bahwa pengawasan yang lebih ketat terhadap proses pembuatan MBG sangat diperlukan untuk memastikan kualitas makanan yang diterima oleh anak-anak.
Dari laporan yang ada, ditemukan pula adanya makanan basi di SD Negeri 013, Kabupaten Karimun, Kepri, pada awal September 2025. Kesalahan ini disebabkan oleh waktu antara proses memasak dan distribusi yang terlalu lama, sehingga menu tersebut tidak lagi segar saat diterima siswa.
Kurangnya Koordinasi Menjadi Penyebab Masalah di MBG
Syariwidya mengklaim bahwa kurangnya koordinasi antara Kepala SPPG dan pihak sekolah mengenai waktu pengantaran menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah ini. Dia menegaskan bahwa seharusnya terdapat protokol yang jelas terkait waktu dan metode pengantaran makanan untuk menjaga kualitasnya.
Di samping celaan terhadap tim SPPG, Syariwidya menyatakan bahwa dia akan memberikan peringatan keras kepada mereka untuk meningkatkan kehati-hatian dalam semua proses yang terlibat dalam program MBG. Peringatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk perbaikan sistem dan pengawasan yang lebih baik.
Syariwidya juga mengungkapkan niatnya untuk melakukan pembenahan secara bertahap, agar setiap elemen dalam proses distribusi makanan ini dapat berfungsi dengan baik dan tidak merugikan anak-anak yang menjadi penerima manfaat program tersebut. Setiap kelalaian dalam persiapan MBG akan menjadi catatan penting bagi pihaknya untuk mengedepankan standar yang lebih sesuai.
Lebih jauh, ia meminta maaf kepada masyarakat, terutama orang tua yang merasa dirugikan oleh kejadian ini. Kesadaran akan pentingnya gizi yang tepat untuk anak-anak seharusnya menjadi prioritas utama, dan setiap kebocoran dalam proses tersebut akan ditangani dengan serius.
Rincian Mengenai Manfaat dan Penerima Program Makan Bergizi Gratis
Hingga hari Minggu, 21 September, Syariwidya melaporkan bahwa sudah ada 103 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terbentuk, dengan jumlah penerima manfaat mencapai 308.785 anak dari program Makan Bergizi Gratis di Provinsi Kepulauan Riau. Angka ini menunjukkan besarnya skala program yang dilaksanakan dan menggarisbawahi tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga kualitas makanan.
Penerima manfaat dari program MBG sebagian besar terdiri dari anak-anak di sekolah dasar dan menengah yang membutuhkan gizi seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Program semacam ini sangat penting, mengingat banyak anak yang kurang mampu untuk mendapatkan makanan bergizi di rumah.
Meski demikian, kejadian-kejadian tidak terduga seperti yang baru saja dilaporkan menunjukkan bahwa kesigapan dalam setiap fase pengelolaan program ini harus menjadi perhatian utama. Kegagalan untuk melaksanakan sanitasi dan kebersihan yang baik di dapur dapat berakibat fatal bagi kesehatan anak-anak.
Lebih lanjut, Syariwidya menyatakan bahwa melalui pengawasan yang lebih ketat dan penerapan pedoman teknis yang lebih baik, dia yakin program ini dapat berjalan dengan lebih baik di masa mendatang. Setiap pihak yang terlibat dalam program ini perlu berkomitmen untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak-anak dan Keluarga
Program seperti MBG juga membuka peluang untuk pendidikan gizi yang lebih baik. Selain memberikan makanan, penting bagi orang tua dan siswa untuk memahami nilai gizi dan bagaimana memilih makanan yang sehat. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak dini untuk memastikan anak-anak tumbuh menjadi generasi yang sehat.
Pendidikan tentang gizi harus mencakup banyak aspek, termasuk pentingnya kebersihan dalam penyajian makanan dan bagaimana cara memasak yang benar. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya menjadi konsumen makanan, tetapi juga memiliki pengetahuan untuk memilih makanan sehat baik di sekolah maupun di rumah.
Dalam jangka panjang, tujuan dari program ini bukan hanya untuk memberikan makanan, tetapi juga untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Gizi yang baik adalah aset yang harus dijaga agar tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan kognitif mereka.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan orang tua, diharapkan bahwa program MBG dapat diperbaiki dan ditingkatkan untuk memberikan manfaat maksimal bagi penerima manfaat. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan generasi mendatang mendapatkan akses ke makanan bergizi dan pendidikan gizi yang baik.