Wakil Ketua Komisi X DPR dari Fraksi PDIP, MY Esti Wijayanti, menyatakan pendapatnya terkait klaim pembersihan nama Presiden kedua RI, Soeharto, yang diusulkan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Menurut Esti, meskipun ada Ketetapan MPR Nomor 11 Tahun 1998 yang disebut klir, realitasnya masih ada pelanggaran yang belum sepenuhnya teratasi. Hal ini menjadi topik hangat, terutama menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda yang selalu diingat setiap tahun.
Esti menegaskan bahwa klaim tersebut tak semerta-merta menghapus pelanggaran yang terjadi selama rezim Orde Baru. Ia berpendapat bahwa masih banyak aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum menetapkan Soeharto sebagai pahlawan nasional.
“Saya rasa belum ada hal yang definitive yang bisa mengubah pandangan masyarakat mengenai hal ini,” ujar Esti, menyoroti perlunya perhatian terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan masa lalu yang kontroversial tersebut.
Kontroversi Seputar Pemberian Gelar Pahlawan Nasional
Ketua MPR, Ahmad Muzani, sebelumnya mengungkapkan pandangannya tentang usulan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Ia menyatakan bahwa klaim tersebut seharusnya tidak lagi menimbulkan polemik di publik, terutama setelah pencabutan dari Ketetapan MPR yang menyatakan adanya tindakan korupsi di bawah pemerintahannya.
Menurut Muzani, pihaknya sudah menyerahkan sepenuhnya usulan ini kepada Presiden RI. Ini menjadi langkah strategis untuk keputusan yang lebih berimbang dalam menentukan calon pahlawan nasional yang akan dihormati.
“Secara resmi, Soeharto sudah menjalani proses sesuai dengan ketentuan yang ada,” kata Muzani, menekankan bahwa seharusnya masalah ini tidak menimbulkan keraguan di masyarakat.
Usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto ini muncul di tengah daftar panjang nama-nama tokoh yang diusulkan. Proses penetapan calon tidaklah sederhana, melainkan melibatkan banyak pertimbangan dan evaluasi menyeluruh.
Secara keseluruhan, persoalan ini membawa dampak luas, bukan hanya di kalangan anggota DPR, tetapi juga di masyarakat secara umum. Ada tekanan dari berbagai pihak untuk memperjelas keabsahan usulan tersebut dan dampaknya bagi sejarah Indonesia.
Proses Seleksi Calon Pahlawan Nasional
Di lain pihak, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, optimis bahwa nama-nama calon pahlawan nasional yang baru akan diumumkan sebelum Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengakui jasa para pejuang bangsa secara tepat waktu.
“Kami berharap proses ini berjalan lancar dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak,” ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya. Proses pemilihan ini melibatkan mekanisme yang ketat dan transparan, melibatkan masyarakat dan tim ahli.
Gus Ipul juga menjelaskan bahwa usulan sebanyak 40 nama untuk calon pahlawan nasional telah diajukan. Para anggota dewan gelar akan memiliki kesempatan untuk melaporkan hasil seleksi tersebut kepada Presiden.
Pelibatan masyarakat dalam proses ini diharapkan dapat memberikan perspektif yang lebih luas mengenai tokoh-tokoh yang pantas menerima gelar tersebut. Hal ini juga bagian dari upaya untuk menjadikan proses ini lebih demokratis.
Proses ini tidak hanya mempertimbangkan sisi historis, tetapi juga nilai-nilai yang berkontribusi pada pembangunan bangsa saat ini.
Daftar Tokoh Usulan Pahlawan Nasional
Kementerian Sosial telah mengusulkan 40 nama tokoh untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Di antara mereka terdapat sosok bersejarah seperti Soeharto dan Abdurrahman Wahid. Daftar ini mencakup tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang dan daerah di Indonesia.
Beberapa nama yang diusulkan mencakup aktivis buruh perempuan, Syaikhona Muhammad Kholil, serta berbagai jenderal dan tokoh nasional yang telah berkontribusi pada sejarah bangsa. Penentuan ini berdasarkan rekam jejak dan jasa mereka untuk negara.
Selain itu, terdapat juga ikhtisar mengenai tokoh-tokoh yang berkontribusi di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, sosial, hingga bidang pertahanan. Hal ini menunjukkan keberagaman dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan dan membangun bangsa.
Ada harapan bahwa dengan terpilihnya tokoh-tokoh ini, generasi sekarang dan yang akan datang dapat mengenang jasa mereka dengan baik. Penghargaan ini berfungsi sebagai pengingat akan sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan.
Masyarakat diharapkan dapat lebih mengenal dan memahami arti penting gelar pahlawan nasional bagi pembangunan identitas bangsa.




