Persaingan untuk menjadi penerus takhta Keraton Surakarta menciptakan ketegangan antara keluarga inti. Dalam situasi ini, Pakubuwono XIV Hangabehi, yang biasa dikenal sebagai Mangkubumi, mengeluarkan pernyataan tegas terkait klaim suksesi yang dibuat oleh pihak Purbaya.
Mangkubumi menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan resmi antara ia dan saudara-saudara kandungnya mengenai siapa yang seharusnya mewarisi takhta setelah kematian Pakubuwono XIII. Hal ini semakin memperuncing konflik yang terjadi dalam struktur keluarga keraton.
“Sampai hari ini saya tidak diberi tahu wasiat Sinuhun itu seperti apa, jadi belum ada kesepakatan, belum diajak rembuk,” ujar Mangkubumi melalui pesan suara, menggambarkan ketidakpastian yang mengelilingi situasi ini.
Ketidakpastian dalam Suatu Warisan Kerajaan
Mangkubumi mencerminkan kekecewaannya mengenai pengakuan atas klaim yang diajukan oleh pihak Purbaya. Ia berpendapat bahwa klaim tersebut dianggap prematur tanpa adanya dialog di antara anggota keluarga.
“Saya menunggu untuk diajak berbicara, dan hingga saat ini, tidak ada komunikasi yang produktif,” tambahnya. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam pemecahan masalah internal keluarga.
Sementara itu, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani menuduh Mangkubumi telah mengkhianati kesepakatan yang diduga telah dicapai sebelumnya. Tuduhan ini semakin memperkeruh situasi dan menambah ketegangan di antara mereka.
Pertemuan yang Tak Berujung pada Kesepakatan
Mangkubumi menegaskan bahwa pertemuan yang dihadiri oleh Wakil Presiden dan pejabat pemerintah lainnya hanyalah membicarakan persiapan pemakaman, bukan untuk menyepakati siapa penerus takhta. Pertemuan tersebut tidak memiliki substansi dalam hal kesepakatan penerus kerajaan.
Di samping itu, Mangkubumi mencatat bahwa selama ini, dia terus berusaha untuk menjalin komunikasi dengan kelompok Purbaya. Namun, pertemuan yang terjadi tidak menghasilkan kesepakatan yang jelas.
“Kami berkumpul untuk membahas masa depan keraton, tetapi pada akhirnya, kami tidak mencapai kata sepakat,” ungkapnya, menunjukkan bahwa meskipun ada niatan, hasilnya tidak memuaskan.
Pernyataan Tegas dari Keluarga Keraton
Dalam pernyataannya, GKR Timoer menjelaskan bagaimana ia merasa dikhianati oleh sikap Mangkubumi terhadap kesepakatan yang telah ada. Perselisihan ini menegaskan betapa pentingnya nilai-nilai kepercayaan dan kerjasama dalam keluarga kerajaan.
“Sebagai anggota keluarga, saya hanya merasa sedih melihat kondisi ini,” kata Timoer, mengekspresikan keluhan atas ketidakmampuan untuk bersatu dalam situasi yang krusial ini.
Ketegangan ini juga mencerminkan dinamika kekuasaan yang sering kali terjadi dalam struktur kerajaan, di mana perasaan saling curiga dapat mengganggu harmoni internal keluarga.




