Dalam dunia organisasi keagamaan, dinamika dapat terjadi dengan cepat, dan hal ini tercermin dalam situasi yang melibatkan Gus Yahya Cholil Staquf, yang masih menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Di tengah banyaknya tantangan, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya terbuka jika muktamar organisasi diadakan lebih cepat, asalkan kepemimpinan berlangsung dengan integritas.
Dalam rapat koordinasi yang diadakan di gedung PBNU, Jakarta, pada 11 Desember, Gus Yahya mengungkapkan bahwa muktamar seharusnya dipimpin oleh dirinya bersama Rais Aam. Menurutnya, penting untuk menciptakan kesepakatan agar semua pihak bisa berkontribusi dalam proses tersebut.
Gus Yahya menyatakan bahwa pelaksanaan muktamar yang terpisah antara pihak-pihak yang terlibat justru akan menyebabkan masalah. Dia menginginkan semua elemen terlibat secara kolaboratif untuk memastikan kelancaran acara.
Persiapan Muktamar yang Kolaboratif dan Terpadu
Dari perspektif Gus Yahya, muktamar seharusnya menjadi momen yang momentum, bukan hanya sekadar formalitas. Dia percaya bahwa semua anggota harus bersatu untuk mempersiapkan acara yang tidak saja meriah, tetapi juga berbuah hasil yang substantive.
Gus Yahya juga menekankan bahwa jika muktamar dilakukan dengan proses yang tergesa-gesa tanpa persiapan matang, risikonya bisa sangat besar. “Muktamar harus direncanakan dengan baik agar hasilnya bisa diterima oleh semua pihak,” ungkapnya.
Dalam situasi saat ini, komunikasi menjadi kunci utama, terutama antara dirinya dan kubu yang mungkin berbeda pandangan. Gus Yahya mengatakan bahwa belum ada komunikasi sejak Rapat Pleno Syuriyah di Hotel Sultan, dan mengharapkan adanya dialog yang konstruktif segera terjadi.
Perluasan Komunikasi dan Hubungan Dalam Organisasi
Di tengah persaingan dan perpecahan yang mungkin terjadi, Gus Yahya mengupayakan adanya pendekatan saling menghargai. Dia menganggap bahwa menjalin hubungan baik dengan semua pihak di dalam organisasi adalah langkah penting untuk meminimalisir konflik.
Dia juga menyatakan, “Jika tidak bisa berkomunikasi dengan baik, tentu saja akan menyulitkan kita semua.” Hal ini menunjukkan bahwa dia memahami pentingnya dialog terbuka dalam menyelesaikan permasalahan.
Gus Yahya sebelumnya telah berusaha melakukan komunikasi dengan Rais Aam PBNU, namun mengakui bahwa proses itu belum memberikan hasil yang diharapkan. Menurutnya, situasi organisasi perlu mendesak agar semua pihak bisa terlibat aktif dan saling mendukung.
Muktamar yang Dijadwalkan Sebelum Iduladha Tahun Depan
Dalam kerangka organisasi, Rais Syuriyah PBNU, Mohammad Nuh, telah mengindikasikan bahwa muktamar akan digelar sebelum hari raya Iduladha tahun depan. Rencana ini merupakan langkah strategis untuk mengembalikan organisasi ke jalur yang semestinya.
Jadwal baru ini lebih cepat satu tahun dibandingkan jadwal sebelumnya yang telah dipicu oleh penundaan akibat pandemi. Nuh menegaskan bahwa ini bukanlah proses yang dipercepat, tetapi merupakan pengembalian pada siklus yang sebelumnya hilang.
Ketika berbicara tentang masa lalu, Nuh menjelaskan bahwa muktamar sebelumnya seharusnya dilaksanakan tepat waktu, namun terpaksa ditunda karena adanya keadaan darurat global. Ini menjadikan muktamar mendatang sangat berharga dan diharapkan bisa dijadwalkan sesuai kebutuhan.




