Di Sidoarjo, makin banyak perhatian tertuju pada proses identifikasi korban pasca-runtuhnya Pondok Pesantren Al-Khoziny. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur yang tergabung dalam upaya ini memainkan peran penting dalam mengungkap identitas para korban melalui metode ilmiah dan ketelitian.
Komentar terbaru dari Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes M Khusnan, menegaskan bahwa hingga saat ini, ada 8 kantong jenazah yang telah diidentifikasi. Terdapat 7 jenazah utuh dan satu bagian tubuh yang ditemukan, memungkinkan keluarga korban untuk memperoleh kepastian.
“Kami berhasil mengidentifikasi 8 kantong jenazah yang terdiri dari 7 jenazah dan 1 body part,” ungkap Khusnan, merujuk pada perkembangan terbaru yang menggembirakan di tengah situasi menyedihkan ini.
Proses Identifikasi Korban yang Teliti dan Rumit
Proses identifikasi ini melibatkan pendekatan yang kompleks, menggabungkan data ante mortem dan post mortem. Data ante mortem digunakan untuk memastikan identitas korban melalui informasi yang diperoleh dari keluarga, termasuk catatan medis dan ciri-ciri fisik.
Khusnan menjelaskan bahwa tim DVI menggunakan berbagai metode, mulai dari sidik jari hingga pemeriksaan gigi, dalam pencocokan data tersebut. Metodologi yang sistematis ini memastikan keakuratan dalam identifikasi setiap jenazah.
Setelah mengumpulkan data dari keluarga, informasi tersebut digabungkan dengan hasil pemeriksaan jenazah, menciptakan rangkaian bukti yang kuat. Keberhasilan dalam proses ini sangat bergantung pada kolaborasi antara tim DVI dan keluarga korban.
Hasil Identifikasi yang Mengungkap Identitas Korban
Dari total 59 kantong jenazah yang diterima, tim DVI berhasil mengidentifikasi 17 korban hingga saat ini. Pengumuman identifikasi dilakukan secara hati-hati, dan berbagai faktor diperhitungkan untuk memastikan bahwa nama yang diumumkan sesuai dengan data yang ada.
Beberapa korban yang telah teridentifikasi berasal dari berbagai latar belakang dan daerah. Misalnya, Muhammad Soleh, yang berusia 22 tahun, berasal dari Kabupaten Bangka Belitung dan teridentifikasi pada Rabu, 1 Oktober di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa usia korban berkisar dari yang remaja hingga dewasa, hal ini menunjukkan dampak besar dari tragedi ini kepada masyarakat sekitar. Masyarakat merasa kehilangan dan berduka mendalam atas kejadian tersebut.
Komunikasi Efektif dengan Keluarga Korban
Komunikasi menjadi faktor kritis dalam proses ini. Tim DVI memastikan untuk memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada keluarga korban agar mereka tidak berada dalam ketidakpastian. Ketika identifikasi telah dilakukan, keluarga langsung diberitahu dengan cara yang sensitif.
Khusnan menekankan pentingnya empati selama proses ini, mengingat banyak keluarga yang telah kehilangan anggota terkasih. “Kami berupaya semaksimal mungkin untuk membantu mereka melalui saat-saat sulit ini,” ujarnya.
Sebagai penutup, proses identifikasi bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang memberi harapan dan penutupan kepada keluarga. Setiap nama yang teridentifikasi membawa harapan baru bagi mereka yang ditinggalkan.




