Sebuah insiden terjadi di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, yang melibatkan seorang siswa berinisial ILP berusia 17 tahun. Kejadian ini dimulai ketika ILP kedapatan merokok di area sekolah saat teman-temannya sedang melaksanakan kegiatan kebersihan.
Pelanggaran yang dilakukan oleh ILP diketahui oleh kepala sekolah, Dini Pitri. Akibat dari tindakan tersebut, ILP sempat ditampar oleh Dini, yang memicu aksi mogok dari siswa dan protes dari orang tua ILP.
Insiden ini berlangsung pada hari Jumat, saat kegiatan Jumat Bersih yang diikuti oleh seluruh siswa. Sebagian dari mereka sedang membersihkan lingkungan sekolah, namun ILP memilih untuk berada di kantin yang menjadi lokasi ditemukan merokok.
Proses Awal Penanganan Insiden di Sekolah
Kepala Sekolah Dini Pitri saat itu tengah memantau kegiatan dengan berkeliling sekolah. Ketika ia masuk ke kantin, Dini melihat ILP sedang merokok, dan merasa kaget melihat tindakan tersebut.
Setelah terlihat kedapatan, ILP berusaha melarikan diri, tetapi Dini mengejarnya untuk memberikan teguran. Tindakan ini menjadi sorotan karena Dini tidak hanya menegur, tetapi juga menampar pipi siswa tersebut.
“Dia merokok di kantin, dan kepala sekolah menggunakan bahasa yang mungkin kurang pantas,” ungkap Luqman, Plt Kepala Dinas Pendidikan Banten, saat menjelaskan situasi tersebut. Tindakan Dini terbukti memicu reaksi hebat dari siswa lain di sekolah.
Aksi Mogok Siswa dan Respons Orang Tua
Para siswa pun melakukan protes dengan mogok belajar pada hari Senin setelah kejadian tersebut. Mereka merasa tindakan kepala sekolah terhadap ILP tidak dapat diterima dan mendesak pihak sekolah serta pemerintah untuk menindaklanjuti insiden ini.
Gubernur Banten, Andra Soni, mencermati situasi tersebut dan meminta agar kepala sekolah dinonaktifkan. Hal ini menunjukkan perhatian besar terhadap kesejahteraan psikologis siswa di sekolah.
Sementara itu, ILP juga menerima sanksi berupa teguran dari pihak sekolah. Adang Abdurrahman, Kabid SMA Dindikbud Banten, menjelaskan bahwa siswa tersebut tetap harus dibina meskipun telah menerima hukuman.
Pertemuan dan Mediasi antara Guru dan Siswa
Setelah insiden dan mogoknya siswa, upaya mediasi dilakukan antara Dini dan ILP. Pertemuan ini diadakan di ruang gubernur untuk mencari solusi yang tepat dan mendamaikan kedua pihak setelah kejadian tersebut.
Dalam pertemuan itu, baik Dini maupun ILP saling meminta maaf. ILP mengakui kesalahannya karena merokok di area sekolah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.
“Saya juga salah karena merokok di sekolah,” ujar ILP usai pertemuan, menekankan niatnya untuk kembali bersekolah dengan baik dan menjaga suasana kondusif.
Hasil Akhir dan Kembalinya Kepala Sekolah
Setelah mediasi, Gubernur Banten memutuskan untuk mengaktifkan kembali Dini Pitri sebagai kepala sekolah SMAN 1 Cimarga. Ia menyatakan bahwa semua hak dan kewajiban Dini harus dipulihkan agar proses belajar mengajar di sekolah berjalan lancar.
Pemeriksaan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) juga dihentikan, menandakan bahwa masalah ini telah diselesaikan. Andra Soni mengingatkan pentingnya dukungan dari semua guru dan siswa dalam menjaga kedamaian di sekolah.
Kondisi antara guru dan siswa pun menunjukkan perbaikan, dengan Dini dan ILP saling memaafkan. Dini menyatakan bahwa tindakan yang dilakukannya adalah demi mendidik dan menegakkan disiplin di kalangan siswa.