Puluhan siswa sekolah dasar di Desa Pangebatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dilaporkan mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diberikan baru-baru ini. Pihak pemerintah daerah telah mengambil langkah untuk menyelidiki insiden tersebut, melibatkan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan setempat untuk menangani situasi ini.
Ada sekitar 70 siswa yang menunjukkan gejala keracunan, termasuk mual, muntah, dan radang tenggorokan, setelah mengkonsumsi makanan tersebut pada awal minggu. Pemerintah Kabupaten Banyumas berupaya memastikan bahwa masalah ini ditangani dengan serius dan cepat untuk menjaga kesehatan anak-anak.
Dalam rencana mitigasi, Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan, Taryono, mengkoordinasikan direktorat pendidikan dan kesehatan untuk menerima laporan terkait dugaan keracunan ini. Dia mengungkapkan pentingnya komunikasi antar lembaga agar insiden serupa tidak terulang di kemudian hari.
Masyarakat Menghadapi Krisis Kepercayaan terhadap Program Makanan
Kasus ini mengundang perhatian masyarakat, terutama terkait kepercayaan mereka terhadap Program MBG yang dirilis sejak awal tahun. Taryono juga mencatat bahwa penting untuk melaporkan setiap masalah agar dapat ditangani secara tepat waktu.
Pihaknya belum menerima laporan resmi terkait keracunan, sehingga mereka langsung melapor ke Badan Gizi Nasional (BGN) tentang kejadian ini. Penghentian sementara pengiriman makanan MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi juga diputuskan sebagai langkah aman.
Beberapa orang tua siswa telah melaporkan bahwa anak-anak mereka mengalami gejala yang cukup serius, dan ini sangat mengkhawatirkan. Taryono menjelaskan bahwa terdapat klausul dalam perjanjian kerja sama dengan penyedia yang mungkin menghambat pelaporan kejadian luar biasa, yang menjadi salah satu isu dalam pertemuan dengan DPRD Banyumas.
Pemeriksaan di Lapangan dan Tindakan Lanjutan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Dani Esti Novia, mengungkapkan bahwa tim telah diterjunkan ke lokasi untuk menginvestigasi lebih lanjut. Penyelidikannya akan mencakup berbagai aspek, mulai dari kondisi penyimpanan makanan hingga proses distribusi yang mungkin menyebabkan keracunan.
Tim pemeriksaan di lapangan berfokus pada berbagai variabel yang dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan siswa. Hasil dari pemeriksaan ini diharapkan memberikan gambaran jelas mengenai akar permasalahan yang dihadapi.
Selain itu, pihak sekolah juga mengambil langkah untuk menghentikan sementara penerimaan makanan Program MBG, hingga situasi bisa ditangani dengan baik. Kepala SD Negeri Pangebatan, Riyadi, telah mengintruksikan untuk tidak menerima makanan dari program tersebut dalam waktu dekat.
Reaksi dan Dukungan dari Komunitas
Reaksi terhadap insiden ini sangat beragam, dengan banyak orang tua menyatakan kekhawatiran mereka dan menuntut tanggung jawab dari pihak yang berwenang. Di sisi lain, pihak sekolah berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan orang tua dan tenaga kesehatan guna memantau kondisi siswa.
Berdasarkan pengamatan, beberapa siswa masih absen karena kondisi kesehatan mereka yang belum pulih sepenuhnya. Koordinasi dengan orang tua dan guru terus dilakukan untuk memberikan informasi dan dukungan bagi siswa yang terdampak.
Program MBG sudah sejak lama menjadi perhatian karena berbagai masalah yang muncul, seperti kualitas gizi yang tidak sesuai dan temuan terkait keamanan makanan. Kasus keracunan ini menjadi titik balik bagi banyak pihak untuk mengevaluasi kembali pelaksanaan program tersebut.